Desa Tlogowero Menjadi Sentra Pengembangan Kopi Arabica - DESA TLOGOWERO

Breaking

Post Top Ad

Responsive Ads Here

6/24/2019

Desa Tlogowero Menjadi Sentra Pengembangan Kopi Arabica

Gambar Pohon Kopi Arabica Desa Tlogowero
Di Lereng Sindoro - Sumbing, kopi biasa ditanam di antara tembakau. Sebagian memakai sistem tumpang sari antara tembakau, kopi, dan sayuran. Kopi juga mengisi batas tanah atau galengan kebun.  Karena sifatnya higroskopis, arabica Jawa di daerah ini lantas beraroma tembakau. Hal ini jadi ciri khas kopi Arabica Jawa Sindoro - Sumbing. 
Ciri ini sudah dikenal hingga ke luar negeri. Upaya perlindungan dengan mendaftarkan ke Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual untuk memperoleh hak paten sudah dilakukan. Kopi Arabika Jawa Sindoro - Sumbing mendapat pengesahan pada 1 Desember 2014.
Kopi arabika bagus ditanam di lahan atas dengan ketinggian 900 mdpl. Semakin tinggi lahan pertanian semakin bagus kualitas kopi yang dihasilkan. Padahal  kawasan pertanian Sindoro Sumbing bisa mencapai 1.800 mdpl. Dengan demikian kopi arabica Temanggung termasuk terbaik kualitasnya.
Permintaan varian kopi khas Temanggung pun terus meningkat. Peminat kopi spesiality (premium) dari luar negeri tak jarang mendatangi ke produsen Temanggung. Dengan harga kopi bagus dan stabil membuat petani mulai tertarik menanam kopi. 
Mulai tahun ini data statistik menunjukkan adanya penyusutan luas lahan penanaman tembakau, akan tetapi adanya perluasan penanaman kopi di area Temanggung terutama Kecamatan Bansari. 
Kondisi ini jadi kabar baik bagi upaya konservasi lahan mengingat tembakau sebagai tanaman semusim berakar pendek. Tanaman berakar pendek seperti tembakau kurang mampu menyimpan air. 
Gambar Kopi Arabica Belum Matang Desa Tlogowero 
Tembakau juga harus tumbuh langsung mendapat sinar matahari sehingga meniadakan pohon naungan yang berusia tahunan.
Pengembangan Kopi Arabica dimana Temanggung menjadi salah satu Kabupaten Penghasil kopi berkualitas di Indonesia dan Kopi Arabica menjadi jenis kopi yang paling dicari oleh masyarakat dunia. 
Kopi Arabica yang notabenenya hanya bisa dihasilkan pada daerah dengan ketinggian diatas 900 mdpl menjadikan daerah Tlogowero menjadi daerah yang sangat potensial untk pengembangan Kopi Arabica.
          Saat ini luas pengembangan kopi arabica di Desa Tlogowero mencapai 70 Ha. Pada batas – batas lahan (Galengan) di wilayah Tlogowero sudah mulai di kembangkan kopi Arabica. Pengembangan kopi Arabica juga ditanam sampai di daerah kotrakan (Perhutani).
     
Gambar Kemasan Produk Kopi BCL Arabica Desa Tlogowero

 Pengembangan kopi Arabica mulai dilakukan dengan penanamn kopi sebanyak 

       10.000 tanaman pada tahun 2015, kemudian Tahun 2019 juga sudah dipersiapkan 5000 tanaman kopi. Pengembangan kopi Arabica ini disamping sebagai penghasil biji kopi rabica juga sekaligus sebagai daerah penyangga air dan mendukun proses konservasi lahan. 

          Dengan adanya tanaman tahunan ini selain untuk konservasi lahan sekaligus mendukung potensi pengembangan pariwisata yang berbasis pada melimpahnya sumber air. Yang skaligus bisa digunakan sebagai sumber air dalam usaha budidaya pertanian

Saat ini di Desa Tlogowero sudah mulai di lakukan pengolahan kopi sendiri/ memproduksi kopi sendiri. Akan tetapi penggunaan alat – alat pengolah kopi masih dilakukan diluar desa Tlogowero karena belum punya alat – alat pendukung pengolah kopi. Untuk itu kedepanya diharapkan Desa Tlogowero mempunyai alat pengolah kopi sendiri sehingga sangat membantu dalam proses pengolahan kopi arabica di Desa Tlogowero sehingga produksi olahan kopi Tlogowero menjadi maksimal dan biaya yang dikeluarkan bisa diminimalisir.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Bottom Ad

Responsive Ads Here

Pages