Gambar Pohon Kopi Arabica Desa Tlogowero |
Di Lereng Sindoro - Sumbing, kopi
biasa ditanam di antara tembakau. Sebagian memakai sistem tumpang sari antara
tembakau, kopi, dan sayuran. Kopi juga mengisi batas tanah atau galengan kebun.
Karena sifatnya higroskopis, arabica Jawa di daerah ini lantas beraroma
tembakau. Hal ini jadi ciri khas kopi Arabica Jawa Sindoro -
Sumbing.
Ciri ini sudah dikenal hingga ke luar negeri. Upaya perlindungan
dengan mendaftarkan ke Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual untuk
memperoleh hak paten sudah dilakukan. Kopi Arabika Jawa Sindoro - Sumbing
mendapat pengesahan pada 1 Desember 2014.
Kopi
arabika bagus ditanam di lahan atas dengan ketinggian 900 mdpl. Semakin tinggi
lahan pertanian semakin bagus kualitas kopi yang dihasilkan. Padahal
kawasan pertanian Sindoro Sumbing bisa mencapai 1.800 mdpl. Dengan
demikian kopi arabica Temanggung termasuk terbaik kualitasnya.
Permintaan varian kopi khas Temanggung pun
terus meningkat. Peminat kopi spesiality (premium) dari luar negeri
tak jarang mendatangi ke produsen Temanggung. Dengan harga kopi bagus dan
stabil membuat petani mulai tertarik menanam kopi.
Mulai tahun ini data statistik menunjukkan adanya
penyusutan luas lahan penanaman tembakau, akan tetapi adanya perluasan
penanaman kopi di area Temanggung terutama Kecamatan Bansari.
Kondisi ini jadi
kabar baik bagi upaya konservasi lahan mengingat tembakau sebagai tanaman
semusim berakar pendek. Tanaman berakar pendek seperti tembakau kurang mampu
menyimpan air.
Tembakau juga harus tumbuh langsung mendapat sinar matahari sehingga
meniadakan pohon naungan yang berusia tahunan.
Pengembangan Kopi Arabica dimana Temanggung
menjadi salah satu Kabupaten Penghasil kopi berkualitas di Indonesia dan Kopi
Arabica menjadi jenis kopi yang paling dicari oleh masyarakat dunia.
Kopi
Arabica yang notabenenya hanya bisa dihasilkan pada daerah dengan ketinggian
diatas 900 mdpl menjadikan daerah Tlogowero menjadi daerah yang sangat
potensial untk pengembangan Kopi Arabica.
Saat ini luas
pengembangan kopi arabica di Desa Tlogowero mencapai 70 Ha. Pada batas – batas
lahan (Galengan) di wilayah Tlogowero sudah mulai di kembangkan kopi Arabica.
Pengembangan kopi Arabica juga ditanam sampai di daerah kotrakan (Perhutani).
Gambar Kemasan Produk Kopi BCL Arabica Desa Tlogowero |
Pengembangan
kopi Arabica mulai dilakukan dengan penanamn kopi sebanyak
10.000 tanaman pada
tahun 2015, kemudian Tahun 2019 juga sudah dipersiapkan 5000 tanaman kopi.
Pengembangan kopi Arabica ini disamping sebagai penghasil biji kopi rabica juga
sekaligus sebagai daerah penyangga air dan mendukun proses konservasi lahan.
Dengan adanya tanaman tahunan ini selain untuk konservasi lahan sekaligus
mendukung potensi pengembangan pariwisata yang berbasis pada melimpahnya sumber
air. Yang skaligus bisa digunakan sebagai sumber air dalam usaha budidaya
pertanian
Saat ini di Desa Tlogowero sudah mulai di
lakukan pengolahan kopi sendiri/ memproduksi kopi sendiri. Akan tetapi
penggunaan alat – alat pengolah kopi masih dilakukan diluar desa Tlogowero
karena belum punya alat – alat pendukung pengolah kopi. Untuk itu kedepanya
diharapkan Desa Tlogowero mempunyai alat pengolah kopi sendiri sehingga sangat
membantu dalam proses pengolahan kopi arabica di Desa Tlogowero sehingga
produksi olahan kopi Tlogowero menjadi maksimal dan biaya yang dikeluarkan bisa
diminimalisir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar